Selasa, 01 November 2016

Memerangi Vandalisme di Kalangan Remaja

Vandalisme di Jogja
Kabar Mahasiswa, Jogjakarta - Aksi vandalisme di kota Jogja semakin marak terjadi. aksi ini membuat para seniman mural resah. Jogja sebagai kota dengan warisan budaya yang kental telah di rusak oleh segelintir oknum yang tidak bertanggung jawab. Hal ini pun di rasakan oleh Asyf Khilal salah satu anggota komunitas mural di jogja.

“kalo di tempat umum dan itu tidak ada tema atau tujuannya dia, itu tidak boleh. Itu salah.” Kata Asyf Khilal ketua komunitas mural Indopainting.

Ia mengatakan bahwa aksi vandalisme adalah tidakan yang tidak di benarkan. “kalo vandalisme itu cuma corat coret aja, ya memang itu tujuannya benar ya ada yang untuk protes ke pemerintah atau isu ini itu, tapi lebih banyak ke ngerusaknya seperti itu.” Ungkapnya.

Menurutnya aksi vandalisme ini karena kurangnya edukasi kepada generasi muda sehingga banyak banyak dari para pemuda melampiaskannya dengan aksi vandalisme. sebagai bagian dari tatanan masyarakat seharusnya pelaku seni melukis tembok tetap menjaga dan tidak merusak fasilitas umum
“Kalo di seni ya kita memang bebas, tapi tetep kita harus ngikutin alur yang ada.” Ujarnya.


Ia menyatakan menolak keras aksi vandalisme ini dan berkomitmen untuk memberantas vandalisme di jogja. Bersama dengan komunitas lainnya yang bergerak di bidang mural, Asyf berharap dapat meminimalisir aksi vandalisme dan membuat jogja menjadi kota yang bersih.

Oleh: Anhar Maulana

Warga Kaliurang Resah, Vandalisme tak Kunjung Henti

Tembok Rumah Warga Kotor karena Aksi Vandalisme
Kabar Mahasiswa, Kaliurang - Aksi vandalisme yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak dikenal  ini menimbulkan keresahan bagi beberapa masyarakat terutama bagi warga yang tinggal dekat dengan tempat yang sering menjadi lokasi corat-coret tersebut.
Dinding dan tembok-tembok yang awalnya bersih kemudian berubah menjadi kotor dalam waktu semalam.  Jalan Kaliurang Km 14,5 dan sekitarnya merupakan salah satu lokasi corat-coret yang dilakukan oleh beberapa orang yang tidak bertanggung jawab.
Mereka kerap kali melakukan aksi vandalisme ini pada dinding dan tembok-tembok di sekitar tempat tingal warga.  “ Itu kan merusak pemandangan, terus mengotori dinding yang tadinya rapih, bersih jadi kotor kan” tutur Marsinah salah satu warga yang menjadi korban aksi vandalisme di dinding pagar rumahnya.
Beliau juga mengatakan “ Pemandangan kan jadi kumuh ya aturan tadinya bersih”, hal ini dikarenakan dinding pagar rumah ibu Marsinah yang sudah dibersihkan dari coretan akan kembali kotor dalam beberapa hari bahkan semalam saja.
Masih menjadi pertanyaan besar bagi warga Jalan Kaliurang 14,5 dan sekitarnya siapa sebenarnya pelaku-pelaku aksi tersebut. Warga tidak tahu jelas kapan tepatnya aksi vandalisme ini dilakukan.
“Gak pernah mergokin, tau-tau pagi-pagi udah ada” tutur Yuni salah satu warga Jalan Kaliurang Km 15. Aksi vandalisme ini sudah ada sejak lama di sekitar Jalan Kaliurang maupun disekitar jogja. Warga juga takut, tak hanya mencoret mereka bisa saja melakukan perilaku criminal lain.
Warga juga enggan membersihkan lagi tembok yang sudah tercoreti. “Sebenernya ada niatan mau bersihin, tapi juga ntar dicoreti lagi, sia-sia jadinya.” Ujar Yuni. Mungkin hal inilah yang menjadi permasalahan sebagian besar warga tetap membiarkan hal itu terjadi. Warga sudah tak acuh dan cuek dengan aksi tersebut, jika diperbaiki akan dirusak kembali oleh kelompok yang tidak bertanggung jawab.

Bukan hanya sekedar gambar-gambar yang di coret pada dinding maupun tembok, pelaku vandalisme juga kerap kali menuliskan kata-kata kasar dan tidak senonoh seperti makian. Hal ini membuat warga geram karena tingkah yang dilakukan pelaku vandalisme ini. Warga berharap aksi tidak patut dicontoh ini segera berakhir dan pemerintah seperti kepolisian juga membantu. 
Oleh: Nining Rumbia

Usaha SMA Ma’arif Yogyakarta Memerangi Vandalisme di Yogyakarta

Tembok Kosong Korban Vandalisme (Foto: Arum Catur Wahyuni)
Kabar Mahasiswa, Yogyakarta - Menuntut ilmu yang tinggi tidak membuat anak-anak dan remaja taat pada tata aturan. Pergaulan yang salah membuat mereka berbuat seenaknya. Aksi vandalisme sering digunakan mereka untuk menarik perhatian orang-orang disekitarnya.
Vandalisme sering diartikan sebagai perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lain. Yogyakarta dinobatkan sebagai kota nomor satu dalam kasus vandalisme menurut komunitas mural Indonesia berdasarkan tingkat keparahan dan titik daerah vandalisme.
Anak-anak kisaran SMP-SMA bahkan SD sering kedapatan dan tertangkap melakukan vandalisme oleh kepolisian. Alasanya pun berbeda-beda dari yang ikut-ikutan maupun bagian ritual dari geng yang diikuti. Aksi mereka sering dilakukan saat tengah malam.
Sekolah sebagai tempat mendidik anak dan remaja menjadi rujukan bila ada anak dan remaja yang melakukan aksi yang membahayakan. Tiap sekolah juga memiliki berbagai cara untuk ‘menghukum’ anak didiknya yang melakukan vandalisme.
Di SMA Ma’arif Yogyakarta, berdasarkan kesepakatan bersama anak-anak yang tertangkap akan diberi sanksi dengan membersihkan kembali atau mengecat ulang tempat yang mereka rusak.
“Siswa yang kedapatan atau dilaporkan melakukan aksi vandalisme kami beri sanksi membersihkan dan mengecat ulang lokasi yang di vandal, ini sebagai efek jera bagi mereka, “ tutur Ibu Fajarwati selaku kesiswaan. Awalnya anak-anak akan diberikan bimbingan konseling juga pemanggilan orang tua.
Sekolah juga mendukung pemberantasan aksi vandalisme karena kegiatan tersebut membuat berbagai tempat tidak indah lagi.
Pemerintah dan sekolah juga beberapa kali mengadakan penyuluhan tentang vandalisme serta pendidikan karakter dengan beberapa dinas terkait, ini sebagai upaya mencegah anak-anak melakukan vandal.
“Beberapa dinas juga memberikan kesempatan kepada anak-anak dengan lomba menggambar (mural) di tembok-tembok yang sudah ditentukan,” ujar ibu Fajarwati.
Ini dilakukan agar anak-anak dan remaja yang sebenarnya malah cerdas dalam menggambar bisa menyalurkan hobinya.
Dari hasil berbagai siswa yang ditanyai. Selain faktor-faktor diatas, berbagai faktor memang kerap menjadi latar belakang anak-anak melakukan vandalisme. Kasih sayang yang kurang dalam keluarga menjadi alasan yang kuat. Keinginan untuk bebas, kritik sampai kata-kata kotor dituangkan. Di usia belasan remaja pelajar umumnya masih mencari jati diri, mengikuti hal-hal baru yang belum tentu benar, kerap kali dilakukan.
Menurut ibu Fajarwati, kegiatan vandalisme sudah lekat terhadap kehidupan kita. Dari corat-coret meja dan kursi, melubanginya, menempeli dengan stiker, dan lain-lain sejak dini.
 “Mulai sekarang anak-anak semakin dewasa harusnya semakin tahu dan berubah menjadi putra-putri pembangun bangsa,” harap ibu Fajarwati.
            Pelajar menghabiskan hampir setengah waktunya dalam sehari disekolah. Sekolah harus menjadi tempat yang mengantarkan anak-anak menjadi pribadi yang baik. Pelaku vandalisme yang umumnya pelajar remaja harus diberikan bimbingan lebih karena usia mereka membuat pelajar remaja cenderung labill. Minimnya tempat menyalurkan ekspresi secara positif membuat mereka beralih ke hal-hal yang dinilai menarik.

Oleh: Arum Catur Wahyuni